Kamis, 15 Oktober 2015

Tugas 1 Pengantar Telematika

Layanan Telematika

1. Layanan Informasi

Layanan Informasi adalah penyampaian berbagai informasi kepada sasaran layanan agar individu dapat menolah dan memanfaatkan informasi tersebut demi kepentingan hidup dan perkembangannya.  
Secara umum agar terkuasainya informasi tertentu sedangkan secara khusus terkait dengan fungsi pemahaman (paham terhadap informasi yang diberikan) dan memanfaatkan informasi dalam penyelesaian masalahnya. Layanan informasi menjadikan individu mandiri yaitu memahami dan menerima diri dan lingkungan secara positif, objektif dan dinamis, mampu mengambil keputusan, mampu mengarahkan diri sesuai dengan kebutuhannya tersebut dan akhirnya dapat mengaktualisasikan dirinya. 

Komponen 

1. Konselor 

Konselor, ahli dalam pelayanan konseling adalah penyelenggara layanan informasi. Konselor menguasai sepenuhnya informasi yang menjadi isi layanan, mengenal dengan baik peserta layanan dan kebutuhannya akan informasi dan menggunakan cara-cara yang efektif untuk melangsanakan layanan. 

2. Peserta 

Peserta layanan informasi dapat berasal dari berbagai kalangan, siswa di sekolah, mahasiswa, anggota organisasi pemuda dan sosial politik, karyawan instansi dan dunia usaha/industri serta anggota-anggota masyarakat lainnya, baik secara perorangan maupun kelompok. Bahkan narapidana dan mereka yang berada dalam kondisi khusus tertentupun dapat menjadi peserta layanan asal suasana dan ketentuan yang berlaku memungkinkannya. Pada dasarnya peserta layanan informasi pertama-tama menyangkut pentingnya isi layanan bagi (calon) peserta yang bersangkutan. Apabila seseorang tidak memerlukan informasi yang menjadi isi layanan informasi, ia tidak perlu menjadi peserta layanan. 

3. Informasi 

Jenis, luas dan keadaan informasi yang menjadi isi layanan informasi sangan bervariasi tergantung pada kebutuhan para peserta layanan. Dalam hal ini identifikasi keperluan akan penguasaan informasi tertentu oleh para (calon) peserta sendiri, konselor maupun pihak menjadi sangat penting. Pada dasarnya informasi yang dimaksud mengacu pada seluruh bidang layanan pelayanan konseling yaitu pengembangan pribadi, sosial, kegiatan belajar, perencanaan karir, kehidupan berkeluarga dan beragama. Lebih rinci berbagai informasi tersebut dapat digolongkan ke dalam: 

a. Informasi perkembangan diri. 

b. Informasi hubungan antar pribadi, sosial, nilai dan moral. 

c. Informasi pendidikan, kegiatan belajar dan keilmuan teknologi. 

d. Informasi pekerjaan/karir dan ekonomi. 

e. Informasi sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan. 

f. Informasi kehidupan berkeluarga. 

g. Informasi kehidupan beragama. 

Untuk keperluan layanan informasi, informasi yang menjadi isi layanan harus spesifik dan dikemas secara jelas dan rinci sehingga dapat disajikan secara efektif dan dipahami dengan baikoleh para peserta layanan. Informasi dimaksudkan ini sesuai dengan kebutuhan aktual para peserta layanan sehingga tingkat kemanfaatan layanan tinggi. 

Asas 

Layanan informasi sangat menuntut asas kegiatan dari peserta layanan, asas keterbukaan dan kesukarelaan. Asas kerahasiaan diperlukan jika informasi bersifat pribadi. 

Pendekatan dan Teknik 

Layanan informasi diselenggarakan secara langsung dan terbuka dari konselor kepada pada para pesertanya. Berbagai teknik dan media yang bervariasi dan luwes dapat digunakan dalam forum dengan format klasikal dan kelompok. Format individual dapat diselenggarakan untuk peserta khusus dengan, informasi khusus dan biasanya terkait dengan layanan konseling lainnya. 

1. Ceramah, Tanya Jawab dan Diskusi 

Cara penyampaian informasi yang paling biasa dipakai adalah ceramah yang diikuti dengan tanya jawab. Untuk mndalami informasi tersebut dapat dilakukan diskusi diantara para peserta. 

2. Media

   a. Dalam penyampaian informasi dapat digunakan media pembantu berupa alat peraga, media tulis dan grafis serta perangkat dan program elektronik (seperti radio, televisi, rekaman, komputer, OHP, LCD). 

   b. Informasi dikemas dalam rekaman dengan perangkat kerasnya (rekaman audio, video, komputer) digunakan dalam layanan informasi yang bersifat “mandiri” dalam arti peserta layanan atau klien sendiri dapat memperoleh dan mengolah informasi yang diperlukan. 

3. Acara Khusus

Melalui acara khusus di sekolah misalnya dapat digelar “Hari Kartini, Hari Anti Narkoba, Hari KB, Hari Keberhasilan Lingkungan” yang didalam nya ditampilkan informasi tentang karir dalm spektrum yang luas. Berbagai kegiatan sebagaimana tersebut di atas diselenggarakan dalam waktu yang lebih lama, satu hari atau lebih. 

4. Nara Sumber 

Penyelenggaraan layanan informasi tidak dimonopoli oleh konselor, pihak-pihak lain dapat diikutsertakan. Dalam hal ini peranan nara sumber sangat dominan. Sesuai dengan isi informasi dan para pesertanya, nara sumber diundang untuk menyajikan informasi yang dimaksudkan. 

5. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat penyelenggaraan layanan informasi sangat tergantung pada format dan isi layanan. Format klasikal dan isi layanan yang terbatas untuk para siswa dapat diselenggarakan di kelas-kelas menurut jadwal pembelajaran sekolah. Layanan informasi dengan acara khusus memerlukan waktu dan tempat tersendiri yang perlu diatur secara khusus. 

6. Penilaian 

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, penilaian hasil layanan informasi difokuskan kepada pemahaman para peserta terhadap informasi yang menjadi isi layanan. Pemahaman para peserta layanan lebih jauh dapat dikaitkan dengan kegunaan bagi peserta, dan apa yang akan dilakukan peserta berkenaan dengan informasi yang diperolehnya itu. 

7. Keterkaitan 

Di dalam semua jenis layanan konseling dapat terungkap perlunya klien menguasai informasi tertentu, khususnya dalam kaitannya dengan permasalahan yang sedang dialami. Untuk memenuhi keperluan itu, konselor biasanya mengupayakan agar informasi itu dapat diperoleh klien. Dengan cara seperti itu layanan informasi telah terintegrasikan ke dalam jenis-jenis layanan konseling lainnya. 

Kegiatan Pendukung 

Layanan ini berkaitan dengan aplikasi instrumentasi untuk mengungkapkan apa yang dibutuhkan oleh peserta layanan. Berkaitan juga dengan konferensi kasus dalam memberikan pemahaman demi terselesaikan kasus. Berkaitan dengan kunjungan rumah menyangkut tentang pendapat orangtua dan kondisi kehidupan keluarga bagi peserta layanan (bagi anak atau anggota keluarga lainnya). Dalam Alih tangan kasus, layanan informasi dapat digunakan bagi peserta layanan yang ingn mendalami informasi tertentu yang berkaitan dengan permasalahan yang dialaminya. 

Operasionalisasi 

a. Perencanaan 

Identifikasi kebutuhan informasi terhadap objek layanan, menetapkan materi layanan, menetapkan subyek layanan, menetapkan nara sumber, menetapkan prosedur, perangkat dan media layanan serta menyiapkan kelengkapan administrasi. 

b. Pelaksanaan 

Mengorganisasikan kegiatan layanan, mengaktifkan peseta layanan dan mengoptimalkan penggunaan metode dan media. 

c. Evaluasi 

Menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur evaluasi, menyusun instrumen evaluasi, mengaplikasikan instrumen dab mengolah hasil instrument. 

d. Analisis hasil evaluasi 

Menetapkan norma/standar evaluasi, melakukan analisis dan menafsirkan hasil analisis. 

e. Tindak lanjut 

Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, mengkomunikasikan rencana tindak lanjut pihak terkait dan melaksanakan rencana tindak lanjut. 

f. Pelaporan 

Menyusun laporan layanan orientasi, menyempaikan laporan kepada pihak terkait dan mendokumentasikan laporan. 

Dalam melaksanakan layanan, seorang konselor hendaknya mampu mengidentifikasi Lima Ranah Penguasaan (LIRAUSA) yang terdiri dari: 

1. Wadasruh (wawasan dasar menyeluruh) meliputi: pengertian, tujuan dan manfaat layanan diberikan. 

2. Komponen yang berperan pokok dalam layanan 

3. Standar Prosedur Operasional (SPO) layanan 

4. Setting atau lokasi dan kondisi yang menyertainya 

5. Penilaian dan pelaporan


2. Layanan Keamanan

Keamanan adalah suatu yang sangat penting untuk menjaga agar suatu data dalam jariangan tidak mudah hilang. Sistem keamanan membantu mengamankan jaringan tanpa menghalangi penggunaannya dan menempatkan antisipasi ketika jaringan berhasil ditembus. Keamanan jaringan di sini adalah memberikan peningkatan tertentu untuk jaringan. 

Layanan keamanan merupakan layanan yang menyediakanan keamanan informasi dan data. layanan terdiri dari enkripsi, penggunaan protocol, penentuan akses control dan auditin. Layanan keamanan memberikan fasilitas yang berfungsi untuk memantau dan memberikan informasi bila ada sesuatu yang berjalan atau beroperasi tidak seharusnya. dengan kata lain layanan ini sangat penting untuk menjaga agar suatu data dalam jaringan tidak mudah terhapus atau hilang. Kelebihan dari layanan ini adalah dapat mengurangi tingkat pencurian dan kejahatan.

Peningkatan keamanan jaringan ini dapat dilakukan terhadap: 

1. Rahasia (privacy) 

Dengan banyak pemakai yang tidak dikenal pada jaringan menebabkan penyembunyian data yang sensitive menjadi sulit. 

2. Keterpaduan data (data integrity) 

Karena banyak node dan pemakai berpotensi untuk mengakses system komputasi, resiko korupsi data adalah lebih tinggi.

3. Keaslian (authenticity) 

Hal ini sulit untuk memastikan identitas pemakai pada system remote, akibatnya satu host mungkin tidak mempercayai keaslian seorang pemakai yang dijalankan oleh host lain. 

4. Convert Channel 

Jaringan menawarkan banyak kemungkinan untuk konstruksi convert channel untuk aliran data, karena begitu banyak data yang sedang ditransmit guna menyembunyikan pesan. 

Keamanan dapat didefinisikan sebagai berikut: 

a. Integrity 

Mensyaratkan bahwa informasi hanya dapat diubah oleh pihak yang memiliki wewenang 

b. Confidentiality 

Mensyaratkan bahwa informasi (data) hanya bisa diakses oleh pihak yang memiliki wewenang.

c. Authentication 

Mensyaratkan bahwa pengirim suatu informasi dapat diidentifikasi dengan benar dan ada jaminan bahwa identitas yang didapat tidak palsu. 

d. Availability 

Mensyaratkan bahwa informasi tersedia untuk pihak yang memiliki wewenang ketika dibutuhkan.

e. Nonrepudiation 

Mensyaratkan bahwa baik pengirim maupun penerima informasi tidak dapat menyangkal pengiriman dan penerimaan pesan. 

Serangan (gangguan) terhadap keamanan dapat dikategorikan dalam empat kategori utama: 

1. Interruption 

Suatu aset dari suatu sistem diserang sehingga menjadi tidak tersedia atau tidak dapat dipakai oleh yang berwenang. Contohnya adalah perusakan/modifikasi terhadap piranti keras atau saluran jaringan. 

2. Interception 

Suatu pihak yang tidak berwenang mendapatkan akses pada suatu aset. Pihak yang dimaksud bisa berupa orang, program, atau sistem yang lain. Contohnya adalah penyadapan terhadap data dalam suatu jaringan. 

3. Modification 

Suatu pihak yang tidak berwenang dapat melakukan perubahan terhadap suatu aset. Contohnya adalah perubahan nilai pada file data, modifikasi program sehingga berjalan dengan tidak semestinya, dan modifikasi pesan yang sedang ditransmisikan dalam jaringan. 

4. Fabrication 

Suatu pihak yang tidak berwenang menyisipkan objek palsu ke dalam sistem. Contohnya adalah pengiriman pesan palsu kepada orang lain. 

Seperti halnya fungsi dari sebuah proteksi, diperlukan dalam menjaga suatu kerahasian personal maupun sebuah organisasi, dimana layanan keamanan dalam telematika dimaksudkan untuk memproteksi data-data atau informasi penting agar tidak mudah diakses oleh orang lain yang tidak memiliki hak akses. Bentuk penjahat telematika yang ditujukan untuk menembus proteksi keamanan juga bermacam-macam sehinga layanan proteksi keamanan harus punya tingkatan masing-masing.


3. Layanan Context-Aware dan Event-base

Di zaman seperti sekarang ini sangat dibutuhkan suatu teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi user untuk mengakses informasi setiap saat kapan pun dan dimana pun mereka berada. Suatu teknologi yang disebut context-aware computing dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan akan menjadi trend yang penting untuk dikembangkan di masa depan. Dengan adanya context aware maka user tidak perlu harus selalu memberi input yang banyak secara eksplisit untuk membuat komputer menjalankan tugasnya. 

Di dalam ilmu komputer menyatakan bahwa perangkat komputer memiliki kepekaan dan dapat bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya berdasarkan informasi dan aturan-aturan tertentu yang tersimpan di dalam perangkat. Gagasan inilah yang diperkenalkan oleh Schilit pada tahun 1994 dengan istilah context-awareness. 

Context awareness adalah kemampuan sebuah sistem untuk memahami si user, network, lingkungan, dan dengan demikian melakukan adaptasi yang dinamis sesuai kebutuhan. Karakteristik dari user, network, lingkungan itu disebut konteks. Namun informasi konteks sendiri menjadi kompleks dan heterogen sesuai jenis layanan yang akan didukung. Maka context awareness menjadi masalah yang besar dan menarik dalam pengembangan aplikasi, khususnya mobile, beberapa tahun ke depan. Sebagai contoh ketika seorang user sedang mengadakan rapat, maka context-aware mobile phone yang dimiliki user akan langsung menyimpulkan bahwa user sedang mengadakan rapat dan akan menolak seluruh panggilan telepon yang tidak penting. Dan untuk saat ini, konteks location awareness dan activity recognition yang merupakan bagian dari context-awareness menjadi pembahasan utama di bidang penelitian ilmu komputer. 

Beberapa bagian yang lebih sederhana dari context awareness telah mulai dibangun adalah LBS (location-based service). Misalnya, sewaktu user mencari keyword tertentu (pom bensin, kafe, ATM, dll), maka ia akan memperoleh hasil yang berbeda tergantung pada posisi user. Ini dapat mulai digabungkan dengan beberapa info dari user. Misalnya pom bensin atau kafe di dekat posisi user yang menerima pembayaran dengan ATM yang dimiliki user.

Tiga hal yang menjadi perhatian sistem context-aware menurut Albrecht Schmidt, yaitu: 

1. The acquisition of context 

Hal ini berkaitan dengan pemilihan konteks dan bagaimana cara memperoleh konteks yang diinginkan, sebagai contoh: pemilihan konteks lokasi, dengan penggunaan suatu sensor lokasi tertentu (misalnya: GPS) untuk melihat situasi atau posisi suatu lokasi tersebut. 

2. The abstraction and understanding of context 

Pemahaman terhadap bagaimana cara konteks yang dipilih berhubungan dengan kondisi nyata, bagaimana informasi yang dimiliki suatu konteks dapat membantu meningkatkan kinerja aplikasi, dan bagaimana tanggapan sistem dan cara kerja terhadap inputan dalam suatu konteks. 

3. Application behaviour based on the recognized context 

Terakhir, dua hal yang paling penting adalah bagaimana pengguna dapat memahami sistem dan tingkah lakunya yang sesuai dengan konteks yang dimilikinya serta bagaimana caranya memberikan kontrol penuh kepada pengguna terhadap sistem. 

Ada 4 kategori aplikasi context-awareness menurut Bill N. Schilit, Norman Adams, dan Roy Want, yaitu: 

1. Proximate selection. 

Adalah suatu teknik antarmuka yang memudahkan pengguna dalam memilih atau melihat lokasi objek yang berada didekatnya dan mengetahui posisi lokasi dari user itu sendiri. Ada dua variabel yang berkaitan dengan proximate selection ini, yaitu locus dan selection dengan kata lain tempat dan pilihan. 

Setidaknya, ada tiga jenis lokasi objek yang bisa ditanamkan ke dalam aplikasi dengan menggunakan teknik ini, yaitu : 

- Perangkat input dan output yang menyediakan penggunaan share lokasi bersama, seperti: penggunaan printer, facsimiles, komputer, video camera, dan lain-lain. 

- Kumpulan objek-objek yang membutuhkan suatu perangkat lunak tertentu untuk saling berinteraksi, misalnya pada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan penyatuan dokumen baik antar divisi maupun dalam satu divisi ke dalam suatu database tertentu. 

- Kumpulan lokasi atau tempat yang sering dikunjungi, seperti restoran, night club, pom bensin, mall, dan tempat-tempat lainnya. Dengan adanya inovasi ini tentunya lebih mempermudah user untuk mencari suatu tempat tertentu tanpa harus bergantung kepada yellow pages directori atau bertanya kepada masyarakat sekitar. 

2. Automatic Contextual Reconfiguration 

Aspek terpenting suatu kasus sistem context-aware adalah bagaimana suatu konteks yang digunakan membawa perbedaan terhadap konfigurasi sistem dan bagaimana cara antar setiap komponen berinteraksi satu sama lainnya. Sebagai contoh, penggunaan virtual whiteboard sebagai salah satu inovasi automatic reconfiguration yang menciptakan ilusi pengaksesan virtual objects sebagai layaknya fisik suatu benda. 

Contextual Reconfiguration juga bisa diterapkan pada fungsi sistem operasi; sebagai contoh: sistem operasi suatu komputer A bisa memanfaatkan memori komputer lainnya yang berada didekatnya untuk melakukan back-up data sebagai antisipasi jika power komputer A melemah.

3. Contextual Informations and Commands 

Kegiatan manusia bisa diprediksi dari situasi atau lokasi dimana mereka berada. Sebagai contoh, ketika berada di dapur, maka kegiatan yang dilakukan pada lokasi tersebut pasti berkaitan dengan memasak. Hal inilah yang menjadi dasar dari tujuan contextual information and commands, dimana informasi-informasi tersebut dan perintah yang akan dilaksanakan disimpan ke dalam sebuah directory tertentu. Setiap file yang berada di dalam directory berisi locations and contain files, programs, and links. Ketika seorang user berpindah dari suatu lokasi ke lokasi lainnya, maka browser juga akan langsung mengubah data lokasi di dalam directory. Sebagai contoh: ketika user berada di kantor, maka user akan melihat agenda yang harus dilakukan; ketika user beralih lagi ke dapur, maka user tersebut akan melihat petunjuk untuk membuat kopi dan data penyimpanan kebutuhan dapur. 

4. Context-Triggered Actions

Cara kerja sistem context-triggered actions sama layaknya dengan aturan sederhana IF-THEN. Informasi yang berada pada klausa kondisi akan memacu perintah aksi yang harus dilakukan. Kategori sistem context-aware ini bisa dikatakan mirip dengan contextual information and commands, namun perbedaannya terletak pada aturan-aturan kondisi yang harus jelas dan spesifik untuk memacu aksi yang akan dilakukan.


4. Layanan Perbaikan Sumber

Layanan perbaikan sumber yang dimaksud adalah layanan perbaikan dalam sumber daya manusia (SDM). SDM telematika adalah orang yang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan telekomunikasi, media, dan informatika sebagai pengelola, pengembang, pendidik, dan pengguna di lingkungan pemerintah, dunia usaha, lembaga pendidikan, dan masyarakat pada umumnya. 

Konsep pengembangan sumber daya manusia di bidang telematika ditujukan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan SDM telematika dengan tujuan untuk mengatasi kesenjangan digital, kesenjangan informasi dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif dan optimal. 

Kebutuhan akan SDM dapat dilihat dari bidang ekonomi dan bidang politik, yaitu: 

1. Dilihat dari bidang ekonomi 

Pengembangan telematika ditujukan untuk peningkatan kapasitas ekonomi, berupa peningkatan kapasitas industry produk barang dan jasa. 

2. Dilihat dari bidang politik 

Bagaimana telematika memberikan kontribusi pada pelayanan public sehingga menghasilkan dukungan politik. 

Dari kedua bidang tersebut diatas kebutuhan terhadap telematika akan dilihat dari dua aspek, yaitu: 

1. Pengembangan peningkatan kapasitas industry. 

2. Pengembangan layanan publik. 

Sasaran utama dalam upaya pengembangan SDM telematika yaitu sebagai berikut: 

a. Peningkatan kinerja layanan public yang memberikan akses yang luas terhadap peningkatan kecerdasan masyarakat, pengembangan demokrasi dan transparasi sebagai katalisator pembangunan.

b. Literasi masyarakat di bidang teknologi telematika yang terutama ditujukan kepada old generator dan today generation sebagai peningkatan, dikemukakan oleh Tapscott. 

Referensi:
https://docs.google.com/file/d/0B2pfxWpiok3wbnJyRWItQV9hSnM/view

Tidak ada komentar:

Posting Komentar